Kamis, 27 Maret 2008

Topik 79: Format Baru

Bismillahirrahmanirrahim

Para pembaca yang dirahmati Allah. Untuk menambah variasi dalam tulisan ini, saya akan coba “permak” format penulisan, Insya Allah mulai tulisan topik ini. Saya akan bagi tiga bagian: (i) Ungkapan, (ii) Kosa Kata Baru, (iii) Al-Quran.

Sampai kapan format ini akan bertahan? Allahu a’lamu. Yang jelas saya mencoba mengubah format penulisan agar tetap segar. Baiklah kita mulai.

I. Ungkapan

السلام عليكم – assalamu ‘alaykum
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته – wa ‘alaykumussalaam warahmatullahi wabarakaatuh

صَبَاحُ الْخَيْرِ – shobbaahul khair : selamat pagi
صَبَاحُ النُّوْرِ – shobbaahun nuur : selamat pagi juga (jawaban)

مُنْذُ زَمَانٍ لَمْ أَرَاكَ – mundzu zamaan lam arooka : lama saya tidak berjumpa Anda
كَيْفَ حَالُكَ – kaifa haaluk ? : bagaimana kabar Anda?

الحمد لله أَنَا بِخَيْرٍ – Alhamdulillah ana bi khoir: Alhamdulillah saya baik-baik saja

أَنَا سَعِيْدٌ بِلِقَائِكَ – ana sa’iid biliqooik : saya gembira berjumpa denganmu

أَنَا فُجُوْرٌ بِلِقَائِكَ – ana fuujuur biliqooik: saya senang berjumpa denganmu

تَبْدُوْ سَعِيْدًا هَذَا الْيَوْمَ – tabdu sa’iid hadzal yaum : Anda tampak gembira hari ini

شُكْرًا – syukran : terima kasih

تَفَضَّلْ بِلْجُلُوْسِ – tafaddhol bil juluus : silahkan duduk

البَيْتُ بَيْتَكَ – al-baytu baitak : (rumah ini rumahmu) = anggaplah rumah sendiri

هَيَّا نَشْرَبْ الشَيْ – hayya nasyrobis syaay : mari kita minum teh


II. Kosa Kata Baru

سعيد – sa-‘iid : gembira
تفضل – tafaddhol : silahkan
نشرب – nasyrab : minum

III. Al-Quran

Baiklah kita coba lihat tiga kata baru yang kita pelajari tsb di Al-Quran. Kata سعيد – sa’iid, dapat kita tebak, sebagai kata shifat. Loh… kok bisa? Ya tampak dari adanya ya, yang menyebabkan bunyi iii panjang. Contohnya kariim كريم (mulia), kabiir كبير (besar), jamiil جميل (cantik), dsb.

Kalau mau tahu kata kerjanya, maka buang ya nya, sehingga menjadi sa-’i-da سعد.

Kata sa-‘i-da : bahagia (happy, blessed) dalam Al-Quran ada di satu surat 11:108

وأما الذين سعدوا – wa ammal ladziina su-‘iduu : dan adapun orang-orang yang dibahagiakan

Terlihat disini Al-Quran menggunakan bentuk pasif: su-‘i-da (dibahagiakan), atau su-‘i-duu (mereka dibahagiakan).

Sedangkan kata sa’iid (bahagia, kata sifat) ada dalam satu surat di Al-Quran, 11:105

فمنهم شقي وسعيد – faminhum syaqiyyun wa sa-‘ii-dun : dan diantara mereka ada yang syaqiyyun (celaka), ada yang sa-‘ii-dun (bahagia).

Selanjutnya, kata تفضّل - tafadhdhol, adalah kata kerja perintah, yang artinya: Silahkan. Ini adalah bentuk kata kerja turunan ke 5. Akar katanya adalah:

فضل - يفضل : fadhola - yafdhulu : lebih
تفضل - يتفضل : tafadhdhola - yatafadhdholu : memberikan karunia, atau melebihkan
تفضل : tafadhdhol: silahkan

Di Al-Quran akar kata tafadhdhol ini kita jumpai dalam 2 ayat: yaitu surat 13 : 4, dan surat 23 : 24. Akan tetapi bentuk yang dipakai adalah kata kerja asal bukan KKT 2. Contohnya di surat 13: 4:

ونفضل بعضها - wa nufadhdhilu ba'dhohaa : dan kami melebihkan sebagian dari mereka.

Disini yang di gunakan adalah KKT-2. Ingat-ingat lagi fungsi KKT-2 adalah untuk mengjadikan fi'il yang tidak punya objek menjadi punya objek. Dalam rumus praktis, KKT-2 itu adalah kata kerja yang mendapat tambahan me....kan.

Contoh KK asal: fadhola = lebih, maka
KKT-2: fahddhola - yufadhdhilu = me-lebih-kan.

Kata terakhir yang hendak kita bahas adalah: nasyrob = kita minum. Akar katanya adalah syariba - yasyrabu : minum.

Dalam AQ, kata syariba - yashrabu ini kita jumpai dalam banyak tempat.
Contohnya di surat 83:28.

عينا يشرب بها المكربون - 'ainan yasyrabu bihaa al-mukarrabuun: mata air yang a-lmukarrabuun meminum nya.

Terlihat disini yang digukakan adalah KK asal dalam bentuk present (fi'il mudhori').

Dan masih banyak lagi kata yasrabu (minum) ini terdapat dalam AQ.

Sebagai penutup, ayat ini cukup sering digunakan untuk menasehati teman/orang lain agar tidak berlebih lebihan dalam makan/minum, surat 7:31.

كلوا واشربوا ولا تسرفوا - kuluu wasyrabuu walaa tusrifuu : makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan.

Demikian... Insya Allah kita akan lanjutkan pada topik berikutnya.

Rabu, 19 Maret 2008

Topik 78: Kalimat Pasif KKT 5

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Mohon maaf karena satu dan lain hal frekuensi penulisan agak “slow” hehe… Kata salah seorang teman saya, Pak Herry Sudjono: “wah… lagi nyari inspirasi ya…” hehe… Sebenarnya bukan cari inspirasi, karena masih banyak materi di buku-buku bahasa Arab yang bisa diangkat disini untuk dibicarakan, termasuk membahas ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, saat ini saya merasa agak ”jenuh” untuk menulis. Tapi karena satu dan beberapa email minta saya nulis lagi, menambah semangat saya juga untuk terus menulis. Mungkin ini salah satu maksud mengapa di ayat-ayat AQ, menggunakan KKT 4, wa tawaashaw bil haqqi (tawaashaw, KKT 4 mendapat tambahan TA dan ALIF, yang artinya saling mengerjakan sesuatu). Wa tawaashaw (saling ”washi” – berwasiat), ya kita harus saling berwasiat, saling mengingatkan, saling memberi semangat, untuk tetap istiqomah dijalan kebaikan.

Oke baiklah. Karena hari ini adalah hari libur nasional memperingati Maulid Nabi besar Muhammad SAW, mari kita saling mengigatkan untuk senantiasa mengikuti uswatun hasanatun kita Rasulullah SAW. Ulama-ulama sholih mengingatkan kita untuk giat belajar bahasa Arab, sebagai pilar untuk mempertahankan kemurnian ajaran Islam. Dinasehatkan:
تعلموا اللغة العربية واعلموها الناس – ta’allamuu al-lughota al-arabiyyata wa ’allimuuhaa an-naasa
Pelajarilah bahasa Arab dan ajarkanlah kepada manusia.

Umar RA juga mengingatkan kita untuk belajar bahasa Al-Quran ini. Dia berkata:
تعلموا الغة العربية فإنها من دينكم – ta’allamuu al-lughata al-‘arabiyyata fainnahaa min diinikum
Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu bagian dari agamamu

Oke, baiklah kita segera mulai lanjutan pelajaran kita…

Aina washolnaa? (sudah sampai dimana kita kemaren?) Oh ya sudah bahas mengenai Kalimat Pasif. Tapi yang sudah kita bahas itu hanya kalimat pasif dari kata kerja 3 huruf asli. Contoh:

خلق الله الناس – kholaqo Allahu an-naasa (Allah menciptakan manusia)
خلق الناس – khuliqa an-naasu (Manusia diciptakan)

Kalau ada waktu insya Allah kita bisa bahas, ragam kalimat dari satu kalimat aktif menjadi 3 bagian:
1. Kalimat pasif
2. Kalimat berita tentang subject
3. Kalimat berita tentang object

Wah apa lagi nih… Gini Mas… Biar jelas, kita kasih contoh saja ya…

يفتح الموظف باب المكتبة صباحا – yaftahu al-muwazhzhofu baaba al-maktabati shobbaahan
Petugas itu membuka pintu perpustakaan pada pagi hari.

Oke kalimat diatas kalimat aktif kan? Oke... sekarang kita bisa membuat 3 macam kalimat dari kalimat diatas, yaitu:

يفتح باب المكتبة صباحا – yuftahu baabu al-maktabati shobbaahan.
Pintu perpustakaan dibuka pada pagi hari.

Itu kalimat pertama yang bisa kita buat. Sekarang kalimat ke dua, yang menjelaskan tentang subject. Siapa subjectnya : petugas. Ngapain dia? Membuka pintu.

الموظف فاتح – al-muwazzafu faathihun : petugas itu (adalah) orang yang membuka (pintu)

Kalimat ketiga yang kita bisa buat, adalah kalimat tentang object, yaitu pintu.

باب المكتبة مفتوح – baabu al-maktabati maftuuhun: pintu perpustakaan itu terbuka.

Terlihat kan bahwa dari satu kalimat aktif yang sempurna, kita bisa membuat 3 macam kalimat baru. Insya Allah kita akan latihan hal ini lagi di bagian-bagian lain.

Sekarang kita lihat hal yang sedikit lebih sukar. Apa itu?

Oke... Bagaimana membentuk kalimat pasif dari KKT 5. Oh ya KKT 5 itu adalah KKT dengan wazan تفعل – tafa’-‘ala.

Contohnya:

تفكر في – tafakkara fii : memikirkan

تفكر محمد في درسه – tafakkara muhammadun fii darsihi : Muhammad memikirkan pelajarannya.

Bagaimana pasifnya?

درسه تفكر في -darsuhu tufukkira fii : Pelajarannya dipikirkan.

Oke, apa yang bisa dipelajari? Insya Allah mudah. Yaitu, jika kita bertemu wazan KKT-5, maka urutan aktif pasif sbb:

تفعل – tafa’-‘ala (aktif)
تفعل – tufu’-‘ila (pasif)

Contoh lain:

تقدم الوالد أمام ولده – taqoddama al-waalidu amaama waladihi : Bapak itu berjalan mendahului anaknya.

Lihat KKT 5 nya: تقدم – taqoddama : berjalan mendahului

Jika dipasifkan, ingat ingat lagi wazannya: tufu’-‘ila, berarti taqoddama menjadi tuquddima. Sehingga kalimatnya menjadi:

تقدم الولد – tuquddima al-waladu : anak itu didahului.

Oke… Insya Allah mengerti ya… Kita akan lanjutkan lagi dengan topik lain, dengan masih membahas seputar kalimat pasif. Insya Allah.

Minggu, 02 Maret 2008

Topik 77: Kalimat Pasif (lanjutan I)

Bisimillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah off, beberapa lama, kita coba lanjutkan pembahasan mengenai kalimat pasif. Mengapa topik ini yang dipilih?

Ada beberapa alasan. Tetapi yang paling menarik untuk disampaikan adalah, seringkali bagi pemula (saya Insya Allah juga termasuk pemula --don't worry), ada beberapa kesalahan pengertian dari orang yang berbahasa non-arab (Indonesia, Melayu, maupun Inggris) dalam memahami kalimat pasif dalam bahasa Arab.

Ambil contoh: Saya membaca buku.

Kita sudah paham, bahwa Subject, adalah saya, dan object adalah buku.

Kalau dalam bahasa Inggris juga begitu: I read a book.

Kalau dijadikan kalimat pasif, kita juga mengerti, kalimat itu menjadi:
Buku dibaca oleh saya.
A book was read by me.

Tapi dalam bahasa Arab, Subject dalam kalimat pasif tidak boleh muncul. (pakai bahasa gaul sekarang) Dilarang muncul boo'!

Sehingga kalimat diatas, hanya bisa di-Arab-kan sbb:
Buku dibaca.

Sudah. Gitu aja.

Kok bisa?

Ya begitu peraturannya.

Dalam bahasa Arab, sebuah kalimat, jika hendak memunculkan Subject, hendaklah dibuat dalam kalimat aktif.

Subject dalam kalimat pasif, mesti dihilangkan. Kata orang arab, subjectnya: Majhul. Majhul artinya: tidak diketahui.

Jadi kalau kita buat contoh diatas:

انا قرأتُ الكتابَ - ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.

Jika dibuat pasif:

قُرئ الكتابُ - quri-a al-kitaabu : buku dibaca

Perhatikan hal-hal berikut:
1. Saya sebagai subject hilang (tidak ada dalam bahasa Arab: buku dibaca oleh saya).
2. Kata kerja yang dalam kalimat aktif: qora'tu (ada tu = saya), maka dalam kalimat pasif akhiran tu tersebut hilang.
3. Kata kerja dalam kalimat pasif, mengikuti dhomir dari naibul fa'il. Karena naibul fa'il adalah al-kitaab (huwa), maka kata kerjanya kembali ke KKA (Kata Kerja Asal), yaitu qora-a.
4. Cara membuat pasif qo-ra-a, adalah dengan men-dhommah kan kata pertama, dan meng-kasrah-kan kata sebelum akhir. Sehingga aktif: qo-ra-a, pasif: qu-ri-a.
5. I'rob (harokat akhir) dari al-kitaab, adalah dhommah, sehingga dibaca: quri-a alkitaabu.

Weleh-weleh... banyak yang musti diperhatikan ya...

Ada yang kadang sering terlewatkan. Apa itu?

Perhatikan, bahwa dalam pelajaran tata bahasa Arab, biasanya pertama yang dikenalkan adalah maf'ul (object) harus fathah.

انا قرأتُ الكتابَ - ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.

Perhatikan, al-kitaab dalam posisi kalimat diatas adalah object. Maka dia fathah, sehingga dibaca al-kitaa-ba.

Nah kadang dalam kalimat pasif seorang pemula akan membuat kalimat sbb:

قُرئ الكتابُ - quri-a al-kitaaba : mereka membaca al-kitaaba.

Kalau ditanya ke pemula tsb: kok dibaca al-kitaaba? Mereka akan jawab, lha kan posisi al-kitaab dalam kalimat tersebut tetap Object (maf'ul). Nah kalau maf'ul kan dibaca fathah.

Nah disini kita harus hati-hati. Walaupun suatu kata benda, berfungsi sebagai Object, tapi lihat dulu, apakah dia ada dalam kalimat pasif. Kalau dalam kalimat pasif, maka Object tsb, berubah menjadi Naibul Fa'il, yang ber-'irob Dhommah.

Sehingga yang benar itu, membacanya:

قُرئ الكتابُ - quri-a al-kitaabu : buku dibaca

Sekarang kita hendak lihat, salah satu contoh dalam Al-Quran surat 84 ayat 21:

وإذا قرئ عليهم القراّنُ لا يسجدون - dan jika dibacakan Al-Quran kepada mereka, mereka tidak sujud.

Lihat disitu, bahwa yang menjadi naibul fa'il adalah Al-Quran, dan i'rob nya adalah dhommah. Sehingga dibaca:

wa idza quri-a alayhim al-quraanu (bukan al-quraana) laa yasjuduun.

Topik selanjutnya akan kita bahas Rumus mudah mengubah kata kerja dari aktif ke pasif. Insya Allah.