Rabu, 21 Maret 2007

Bersama dalam kebaikan

Bismillahirrahmaanirrahim. Allah mengajari kita untuk memulai sesuatu dengan menyebut namaNya.

Kalau pada kesempatan lalu telah digambarkan, bagaimana rasa hati kita membaca surat Al-Fathihah ayat ke 5, yaitu bahwa Allah SWT tidak memerlukan perantara (tidak memerlukan broker) dalam doa-doa yang kita panjatkan dan permohonan-permohonan yang kita panjatkan. Disampaikan juga hikmah bahwa dalam urusan memuji sebaiknya kita pakai perantara (broker), tetapi dalam urusan minta tolong dan penyembahan sebaiknya langsung secara private (one-to-one).

One-to-one disini dimaksudkan bahwa, kita bertemu langsung dengan Allah SWT (one yang satu), sedangkan one yang satunya lagi adalah kita (sendiri) atau kita secara bersama-sama.

Ada yang menarik untuk kita renungi ayat 5 ini. Perhatikanlah kembali ayat ini:

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (You alone do we worship and You alone do we implore for help)

Jika kita perhatikan ayat ini menyatakan: ada sesuatu yang disembah (Engkau atau Allah), dan ada sesuatu yang menyembah (kami). Perhatikanlah bahwa yang digunakan adalah persona jamak "kami" (we).

Demikianlah, tampaknya Allah ingin mengajari kita bahwa kalau Anda ingin menyembah Aku dan meminta tolong kepadaKu, datanglah kepadaKu dengan berjamaah.

Kisah Pak Rahmat

Alkisah, Pak Rahmat adalah seorang bapak yang cukup kaya di satu kota kecil di Sumatra. Dia punya 12 orang anak. Salah satu anaknya sangat badung. Maklumlah anak itu anak paling bungsu, dan baru beranjak remaja. Anak yang lainnya, sholeh dan sholehah.

Suatu kali pada libur semesteran, anak yang paling badung ingin sekali melihat kota Jakarta. Dia berpikir "kalau saya datang ke Papah, minta uang mau ke Jakarta, pastilah Papah tidak mau kasih". Si badung berpikir keras. Tiba-tiba dia dapat ide cemerlang.

Si badung, mendekati 3 orang kakaknya yang paling sholeh, paling di cintai si Papah. Sembari membujuk kakaknya "ayo doong kita ke Jakarta, kan asyik lihat-lihat Ancol, Taman Mini...".

Sang kakak ber-tiga karena belum pernah lihat-lihat Jakarta, timbul pula keinginan untuk kesana. Mereka bertiga (berempat dengan si badung) ber-rapat. Diputuskanlah mereka ber-4 menghadap Papah nya.

"Pah kami kan sekarang liburan. Kami belum pernah keluar kota ini. Kami tahu di Jakarta itu kota besar, banyak taman dan hiburan"

"Pah kami ingiin sekali diijinkan, boleh pergi liburan ke Jakarta".

Karena yang meminta adalah anak-anak kepercayaan, anak-anak yang berbakti ke si Papah, tergeraklah hati si Papah untuk mengijinkannya, walau disitu ada si badung. Sambil memberi ongkos, Pak Rahmatpun berpesan "Tapi, hati-hati. Jaga adikmu ini ya".

"YESSSS !!!!", kata si badung dalam hati kecilnya.

Demikianlah, sedikit kisah keluarga Pak Rahmat.

Kembali ke ayat 5 surat Al-fathihah diatas, kita dapat resapi (dari kisah Pak Rahmat tadi), bahwa kalaulah kita amalannya masih sedikit, sedekah masih jarang-jarang, ada dosa-dosanya, tidaklah mengapa itu kita bawa dalam diri-kita sewaktu menyembah dan minta tolong kepada Allah,

asal,

seperti yang diajarkan Allah, datanglah kepada dia dengan berjamaah.

Tentulah terkandung makna disini, jamaah bagaimana yang kita harus pilih. Yaitu jamaah yang kita yakini, banyak kekasih-kekasih Allah didalamnya. Kita berharap doa yang kita panjatkan bersama jamaah kekasih-kekasih Allah itu dapatlah diterima oleh Allah SWT.

Kalau Anda, punya uang Rp. 15.000 dan Anda ingin membeli 1 buah durian, bukankah Anda spend some time untuk pilih pilih duriannya? Anda bolak-balik. Ketok-ketok. Ciumi durian-durian itu. Tanya-tanya pendapat si penjual. Sampai Anda pada satu pilihan "Ya saya beli yang ini".

Beda halnya, dengan uang Rp. 15,000 itu anda beli 2 kg Dukuh Palembang. Tentulah Anda tidak terlalu pilih-pilih satu demi satu dukuh itu, apa busuk, atau bagaimana. Kalaulah di rumah ada satu dua dukuh yang busuk, tapi sebagian besar manis-manis, tentulah itu tidak mengurangi rasa syukur anda menikmani dukuh yang sebagian besar manis-manis itu bukan?

Penutup

Demikianlah tampaknya hikmah yang terkandung dalam ayat 5 ini. Jikalah yang digunakan bentuk persona tunggal "saya" (I): "Kepada Engkau sajalah Aku menyembah, dan kepada Engkau sajalah Aku minta tolong", tentulah disini Allah akan lihat-lihat ke kita. Kita akan disigi (scrutinize) secara mendalam oleh Allah. Sama seperti waktu anda mau beli Satu buah durian bukan?

Tetapi tidak begitu yang Allah ajarkan kita. "Kepada Engkau sajalah Kami menyembah, dan kepada Engkau sajalah Kami minta tolong". Disini terkandung maksud, "kalaupun kamu merasa amalmu masih buruk, datanglah bersama-sama orang yang kamu anggap baik amalannya kepadaku". Semakin banyak jamaahnya, tentulah tidak begitu kentara diri kita ini yang kurang amalnya. Sama seperti sebuah duku busuk ditengah 2 kg duku manis, bukan?

Sebagai penutup, Rasulullah SAW pernah berpesan dalam beberapa pesan, yang kurang lebih bunyinya:

"pandai-pandailah mencari teman. berteman dengan tukang besi / tukang las, Anda akan bau bakaran, berteman dengan tukang penjual parfum, Anda akan ikut tercium wangi"

"seseorang berada di akhirat bersama orang yang dicintainya (tentu disini termasuk dengan teman-teman yang dicintai). jika dia mencintai Rasul, dia bersama rasul di syurga (tentu termasuk disini, jika dia bersama thagut, dia bersama thagut itu di neraka)"

"Allah melipat-gandakan palaha orang yang sholat berjamaah 27x lipat".

Di Quran banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan berbuat baik salah satunya perintah menganjurkan memberi makan orang miskin.

1. Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? (Have you considered the case of one who belies the Requital and Faith?)

2. Itulah orang yang menghardik anak yatim, (as a result of it this (despicable) fellow (instead of taking care of him with affection) repulses the orphan,)

3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (and does not urge in feeding of the needy)

Perhatikanlah kata-kata menganjurkan. Secara pasti kata "menganjurkan (to urge)" ini mengandung makna ada orang yang menganjurkan, ada orang yang diberi anjuran itu. Perhatikan bahwa dengan orang miskin saja kita disuruh Allah agar menganjurkan orang lain untuk memberi makan (tentu saja contoh yang baik kita dulu yang memberi makan). Disini sekali lagi tergambar bahwa untuk berbuat baik, Allah mengajari kita agar melakukannya secara berjamaah.

Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar