Selasa, 27 Maret 2007

Topik 3: Membentuk Kalimat Sempurna

Bismillahirrahmanirrahim.

Pada topik 2, kita telah menjelaskan apa bedanya kitaabun (buku) dengan al-kitaabu (buku), yaitu perbedaannya terletak pada telah jelas atau belum jelasnya benda yang dibicarakan oleh si pendengar. Kebetulan tidak ada respon yang ditulis di Comments, maka saya anggap, para pembaca telah mengerti. Tetapi ada yang bertemu dengan saya dan menyampaikan kesimpulan dia di topik ke 2:

"Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?", begitu kesimpulan teman saya tersebut. Saya belum jawab, karena saya ingin share jawabannya di blog ini.

Oke sebelum masuk ke topik inti yaitu membentuk kalimat sempurna, maka seperti biasa saya menjawab pertanyaan dulu. Oh ya, lain kali, tolooooongg bangeeet.... kalau ada pertanyaan tulisnya di Comments (iconnya di akhir tulisan ini). Tujuannya adalah selain memudahkan saya mencari jawabannya, pembaca lain juga jadi tahu apa yang dibahas.

Pertanyaan, atau lebih tepatnya pernyataan:
"Berarti yang akhirannya tun tun itu pasti jenis perempuan ya...?". Jawaban saya, iya kalau posisi dia sebagai mubtada' atau fa'il. Nah mengenai mubtada' atau fa'il ini akan kita bahas pada topik-topik berikutnya. Satu-satu ya teman... hehe... Belajar itu harus pelan-pelan, biar meresap... Gitu kata ahli hikmah...

Kemaren saya ambil contoh: شجرة syajaratun (pohon), ini kata berjenis perempuan. Lalu teman saya mengatakan kalau begitu asal belakangnya tun tun pasti berjenis perempuan. Seperti syajaratun, bintun (gadis perempuan) dsb.

Saya jawab iya. Tapi bagaimana kalau saya tulis begini شجرة syajaratin, atau saya tulis syajaratan. Saya memang tidak menuliskan harokat َ ً ِ ُ ٌ dan lain-lain, karena kalau saya tuliskan, maka tanda-tanda titik seperti titik pada "sya ش" akan tertimpa tanda harokat, sehingga tidak jelas lagi (apakah ini kerterbatasan Windows XP saya?) Tapi gak apa-apa, karena dalam bahasa Arab yang asli, tanda-tanda harokat juga tidak ada.

Kembali lagi, شجرة kalau pakai harokat bisa saya tulis, syajaratun, syajaratan, syajaratin, syajaratu, syajarata, dan syajarati, dan kalau dalam bahasa percakapan ta marbutoh nya saya matikan/saya waqofkan (menjadi bunyi h), sehingga diucapkan menjadi syajarah. Nah loh berarti ada 7 kemungkinan bacaan. Dimana yang berakhiran tun merupakan salah satunya.

Lalu yang mana yang berjenis perempuan? Jawabannya ke 7 jenis bacaan itu, tidak mempengaruhi status شجرة sebagai kata benda berjenis perempuan. Apakah dibaca syajaratun, syajaratu, syajaratan, syajarata, syajaratin, syajarati, mapun syajarah.

Lalu apa bedanya dong antara syajaratun dengan syajaratu. Hehe... ini pertanyaan yang sama di kepala saya beberapa bulan yang lalu waktu belajar bahasa Arab. Biar gak penasaran jawaban singkatnya, jika ada AL (الــ) misal الشجرة maka huruf n dibuang. Jadi الشجرة hanya boleh dibaca as-syajaratu, as-syajarata, as-syajarati, atau as-syajarah.

Kok begitu? Ya begitulah hukum atau aturan-aturan dalam bahasa Arab, yang hanya orang Arablah yang berhak membuat aturan-aturan itu.

Pertanyaan ke dua: kalau begitu, apa bedanya antara antara as-syajaratu dengan as-syajarata? Jawaban ringkasnya adalah melihat kepada posisi yang ditempati oleh kata tsb. Apakah dia sebagai subject atau sebagai objek. Jika dia sebagai subject, maka dia dibaca as-syajaratu, jika dia sebagai objek maka dibaca as-syajarata.

Auuu... bingung... bisa kasih contoh gak?

Gini gini... Contoh:
Pohon ini besar. هذه الشجرة كبيرة (hadzihi as-syajaratu kabiiratun)
Saya (telah) melihat (sebuah) pohon. رأيت الشجرة (ro-ai-tu as-syajarata)

Pohon dalam kalimat pertama berfungsi sebagai subject, maka dia dibaca as-syajaratu, sedangkan Pohon dalam kalimat dua berfungsi sebagai object maka dia dibaca as-syajarata.

Okeh... cukup dulu disitu jawab pertanyaannya ya... Sekarang ke topik utama, membuat kalimat sempurna... Tapi pembaca... aduh... udah kepanjangan... disambung nanti saja ya... Insya Allah... jangan lupa isi comments di bawah ini. Satu lagi... Jangan kapok ya belajar bahasa Arab... Insya Allah dapat pahala kok, karena semakin ngerti bahasa Arab semakin asyik kan... Dengerin imam yang suaranya tartil, merdu, merayu... bisa bisa nangis loh, karena tahu apa yang dibaca sang Imam... Syukron.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar