Minggu, 29 Juli 2007

Topik 24: Latihan Al-Fatihah ayat 4

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, ditengah kesibukan saya, saya teruskan untuk membahas ayat 4. Alhamdulillah juga ada akhi dari Jawa Timur, yang mengatakan mengikuti dari topik 1 sampai 23. Senang rasanya, tulisan saya ada yang membaca. Saya teringat hadist Riwayat Muslim: Rasulullah SAW bersabda, siapa yang berbuat kebaikan, dia akan dapat pahala. Dan jika kebaikan itu dicontoh/dikerjakan orang, dia akan mendapat pahala dari orang itu, tanpa mengurangi pahala buat orang itu. Subhanallah...

Oke kita lanjutkan ke pelajaran berikutnya ayat 4.

Eitt kok ayat 3 dilewati Mas? Oh iya, sengaja, karena ayat 3 itu bagian dari ayat 1. Arrahmaan Arrahiem. Jadi pembahasannya sama dengan ayat 1.

مَـالِكِ يَوْمِ الدِّينِ - maaliki yaumi ad-dien

Insya Allah kita bahas satu-satu ya... Oke..

Kata مالك : yang memiliki. Asal katanya ملك - malaka artinya memiliki. Hmmm... Kata ini sepertinya diserap ke bahasa Indonesia ya... Coba lihat kata ملك - malaka, ini adalah kata past tense (KKL), sedangkan KKSnya يملك - yamliku, kalau ya kita buang maka menjadi mlik, di bahasa Indonesia disebut milik.

Oke ملك -malaka, ini adalah kata kerja yang artinya memiliki. Nah, kita disini akan mempelajari membentuk kata-benda pelaku dari sebuah kata kerja. Dalam bahasa Arab ini disebut isim fa'il. Gimana caranya Mas? Insya Allah guampaaang....

Oke caranya:
1. Jika kata kerjanya 3 huruf, maka
2. Tambahkan alif setelah huruf pertama

dah... gampang kan... Contoh kata: نصر - nashoro (artinya menolong). Orang yang menolong? Guampang... tambahkan saja alif setelah nun, menjadi ناصر - naashirun, atau naashir (orang Indonesia sering menyebut nasir)... eh jadi ingat teman saya waktu SMA, namanya Nasir. Dulu saya suka manggil dia: Nasir, Nasir, darimana aja elo [pakai bahasa minang tentunya...] (sekarang setelah belajar bahasa Arab, jadi ingat dia... Pantesan ya si Nasir itu dulu suka menolong saya). Kalau yang menolong naashir, kalau orang yang ditolong apa dong? Insya Allah guampang juga. Tinggal tambahin mim didepan nun pada نصر dan tambahkan waw sebelum ro. Jadinya منصور - manshuurun (orang yang ditolong). Nah kalau ingat Mansur ini ingat penyanyi zaman saya SMP dulu. Sekarang kita jadi tahu ya... bahwa nasir sama mansur itu 2 orang dalam satu kejadian. Satu penolong (nasir), satu yang ditolong (mansur).

Oke deh, kembali ke MALIK... kalo gitu kata kerja ملك -malaka, artinya memiliki. Kalau saya buat seseorang yang memiliki berarti saya tinggal tambah alif setelah م yang menjadi مالك - maa li kun (orang/sesuatu yang memiliki). Oh gitu... hmmm... tapi Mas kok bacanya maalikun? Kok gak maalakin, maalukun, maalikan, dll?

Hmm ini sebenarnya ada topik yang membahasnya, sebutlah topik tinggat Advance gitu deh.... Tapi biar gak pusing, gini saya saya kasih ciri-cirinya:
1. Kata kerja 3 huruf, setelah ditambah alif, maka harokatnya adalah:
2. Huruf kedua (setelah alif) adalah kasroh.

Jadi, yang betul maalikun, bukan maalakun.

Oke. Lalu kenapa maalikun, bukan maaliku? Nah ini ingat lagi pelajaran awal-awal mengenai isim (kata benda). Aslinya kata benda itu, akhirannya dhommahtain (akhiran un). Sedangkan jika dia mendapatkan tambahan alif lam المالك , maka akhirannya dhommah, sehingga dibaca al-maaliku.

Oke, balik lagi ke ayat:

مَـالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Ada 3 kata disini. Ke 3 nya kata benda (isim). Yaitu: maaliki yaumi addien.

Kata maaliki artinya yang memiliki. Lho, katanya yang betul maalikun. Kok sekarang jadi maaliki. Nah, ada 2 sebab kenapa maalikum menjadi maaliki:
1. Perhatikan, karena huruf kaf berharokat kasroh (mali- ki), maka kita mencurigai ada huruf jar di depannya. Artinya ayat ini merupakan lanjutan ayat sebelumnya yang ada huruf jarnya. Kalau dilihat ayat sebelumnya ada huruf jar Li pada Lillahi rabbil 'aalamin. Inilah yang menyebabkan kata maalikun menjadi maalikin.

2. Perubahan dari maalikin menjadi maaliki, karena kata ini merupakan kata majemuk (mudhof). Ingat rumus mudhof sbb:
KB1 (tidak pakai tanwin) + KB2 (alif-lam+kasroh)
Contoh: Rasul (milik) Allah = Rasulu Allahi atau dibaca Rasulullah.
رسول الله

Bukan dibaca Rasulun Allahi, atau Rasuulun Allaha, dsb

Oke kembali lagi ke ayat:

مَـالِكِ يَوْمِ الدِّينِ :

Maaliki = yang memiliki
yaumi, berasal dari yaumun artinya hari. Menjadi yaumi, karena dia mudhof-ilah (bagian dari kata majemuk).
Ad-dieen, berasal dari daa-na yang berarti tunduk, sedangkan kata bendanya ad-dien, artinya agama.

Perhatikan harokat terakhir juga kasroh, karena dia ini mudhof-ilaih (bagian dari kata majemuk).

Sehingga ayat ke 4 ini jika diterjemahkan:
(2&3:segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, yang Rahman, yang Rahim), yang memiliki hari agama.

Hari-agama ini menurut ahli tafsir, artinya hari pembalasan. Hari dimana waktu itu manusia akan dibalas semua amal-amalnya. Hari pembalasan ini juga disebut, yaumul-qiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dsb. Masya Allah, bagaimana ya nasib kita nanti dihari ad-dien ini?

Allahu a'lam. Insya Allah kita lanjutkan nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar