Senin, 07 Januari 2008

Topik 70: Latihan Surat An-Nashr ayat 2, Adverb

Bisimillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah, kita akan masuk ke ayat 2 surat An-Nashr. Pada ayat ini kita akan fokuskan pembahasannya mengenai Kata Keterangan.

Baiklah kita mulai. Ayat 2 berbunyi:

ورأيتَ الناس يدخلون في دين الله أفواجا- wa ra-ai-ta an-naasa yad-khuluuna fii diini Allahi afwaajan

wa= dan
ra-aita= engkau lihat
an-naasa= manusia
yadkhuluuna= mereka memasuki
fii= kedalam
diini Allahi= agama Allah
afwaajan= secara berbondong-bondong (dalam keadaan berbondong-bondong)

Oke baiklah ada dua point yang bisa kita lihat disini yaitu:
diini Allahi (dibaca sambung diinillahi), yaitu mengulang mudhof, dan
afwaajan= secara berbondong-bondong, yaitu Kata Keterangan.

دين الله - Diinillahi

Kata ini adalah mudhof. Dimana mudhofnya دين - diini dan mudhof ilaih nya الله - Allahi. Ingat lagi ciri-ciri mudhof yaitu:
- Jika ada 2 kata benda yang berdekatan,
- Kata benda pertama nakiroh (umum, dengan ciri tidak ada tanwin)
- Kata benda kedua harokat akhir kasrah, atau kasratain

Kata diatas memenuhi 3 syarat tsb, yaitu:
- ada 2 kata benda yang berdekatan (betul)
- Kata benda pertama nakiroh (betul), jadi bukan ma'rifah (الدين-ad-diini)
- Kata benda kedua harokat akhir kasroh (betul), jadi Allahi, bukan Allahu, atau Allaha.

Baiklah, kita akan tinggalkan dulu mengenai mudhof. Ada topik lain dari mudhof ini yaitu mengenai ke ma'rifatan atau ke-nakirohan mudhof (bingung kan?) Hehe... Insya Allah kita bahas pada topik berikut. Sekarang kita masuk ke kata keterangan.

Isim Haal

Apa itu isim haal? Lihat contoh diatas.

ورأيتَ الناس يدخلون في دين الله أفواجا- wa ra-ai-ta an-naasa yad-khuluuna fii diini Allahi afwaajan

afwaajan: secara berbondong-bondong, atau dalam bahasa Inggris-nya in-crowd.

Nah, kata afwajaan ini adalah isim haal, yaitu isim yang menjelaskan suatu keadaan (al-haal) dari Subjek, maupun Objek. Hmm... entar... cerna dulu nih...

Agak sedikit beda dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, kata keterangan itu yang biasa disebut adverb, biasanya melekat kepada kata kerja. Artinya menjelaskan bagaimana pekerjaan itu dilakukan, atau kualitas dari pekerjaan itu.

Seperti:
Talk to me softly please : Tolong dong, bicara sama saya dengan lembut.

Nah softly itu menjelaskan talk (bicara). Dalam bahasa Inggris kata keterangan "dengan lembut" itu dinisbatkan (di-referensi-kan) kepada kata kerja (verb/fi'il) talk.

Dalam bahasa Arab, kata keterangan itu umumnya dinisbatkan kepada pelaku/subjek (fa'il) atau kepada objek/korban (maf'ul).

Coba perhatikan lagi:

يسافرون إلى جاكرتا أفواجا - yusaafiruuna ilaa Jakarta afwaajan
Mereka berpergian ke Jakarta secara berbondong-bondong.

Atau dalam Al-Quran, sewaktu Allah memerintahkan Adam & Siti Hawa & Para Iblis turun:

احبطوا منها جميعا - ihbithuu minha jamii'an
Turunlah (kalian) dari syurga ini secara bersama-sama

Terlihat disitu kata جميعا - jamii'an adalah isim haal.

Lalu bagaimana kita tahu bahwa itu isim haal?

Ini beberapa ciri isim haal:
1. Kalau isim haal itu dibuang, maka kalimatnya masih kalimat sempurna (ada fi'il+fa'il, atau ada mubtada'+khobar)
2. Isim haal itu nakiroh (tidak ada al), dan nashob (fathhatain)
3. Isim haal itu biasanya dibentuk dari kata sifat (yang berasal dari isim fa'il, isim maf'ul, maupun kata benda yang dianggap sifat).

Contohnya begini:

ذهب إلى البيت راكبا - dzahaba ila al-bayti raakiban
Dia pergi ke rumah itu dengan menaiki kendaraan.

Lihat bahwa kata راكبا - raakiban, adalah isim fa'il dari KKL ركب - rakaba (menaiki, menunggangi). Perhatikan bahwa kalau kata raakiban itu dibuang, maka kalimatnya tetap menjadi kalimat sempurna:

ذهب إلى البيت - dzahaba ila al-bayti
Dia pergi ke rumah itu

Ini adalah kalimat sempurna, karena telah ada fi'il (pergi) + fa'il (dia), walau fa'il disini adalah fa'il tersembunyi.

Terkadang, isim haal itu dinisbatkan kepada Objek, contoh:

جلق الله الإنسان ضعيفا - khalaqa Allahu an-insaana dho'iifan

Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah.

Kata dho'iifan disini adalah isim haal (kata keterangan) bagi Objek (yaitu manusia).

Kata dho'iif disini adalah kata shifat yang menyerupai isim fa'il. Nah, karena dia nashob, tidak ada al, dan layak diberi makna: dalam keadaan ...., maka dia adalah isim haal.

Sederhanya sih sebenarnya mengetahui apakah dia isim haal atau bukan.

Oke ya, demikian dulu sudah kita selesaikan penjelasan dari ayat 2 surat An-Nashr ini.

Insya Allah kita akan lanjutkan dulu dengan kembali membahas masalah mudhof, tapi kali ini lebih seru lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar