Jumat, 28 Desember 2007

Topik 69: Mudhof Ilaih (Lanjutan) - Pembesar Penjahat

Bismillahirrahmanirrahim.

Pembaca yang dirahmati Allah SWT. Seharusnya kita masuk ke surat An-Nashr ayat 2, untuk kita membahas masalah isim haal atau adverb (Kata Keterangan). Akan tetapi kita tambahkan sedikit mengenai Mudhof di topik 69 ini. Biar tuntas gituh... (karena rasanya masih ada yang perlu saya sampaikan).

Oke baiklah. Sekarang quiz dikit:

Apa bahasa Arabnya: The house of the big man is nice.

Jawab: Bahasa Arabnya:

بيتُ الرجلِ الكبيرِ جميلٌ - baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung: baytul rajulil kabiir jamiil)

Bahasa Indonesia-nya:

Rumah laki-laki yang besar itu bagus.

Nah, yang menarik bagi saya (atawa kita-kita yang masih pemula ini adalah), bahwa bahasa Inggris maupun bahasa Arab, tidak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi:
1. Objek
2. Pemilik dari Objek
3. Sifat dari Pemilik Objek
4. Sifat dari Objek

Eh eh... kok rumit seh??? Ehm... maksudnya begini.

Coba baca kalimat ini:

Rumah laki-laki yang besar itu bagus.

Apa yang besar dan apa yang bagus? Apakah yang besar laki-lakinya atau rumahnya? Yang hampir pasti tidak menimbulkan keraguan bahwa kata "bagus" dalam kalimat diatas, tentulah sifat untuk Rumah. Bener kan? Tapi bagaimana dengan kata "besar". Mensifati siapakah/apakah kata "besar" disini?

Kalau ditelisik dari struktur bahasa Inggris-nya, kita tidak menemui kesulitan:

The house of the big man is nice.

Terlihat yang "big" (besar) itu sifat dari "man" (laki-laki), sedangkan "nice" (bagus) itu sifat dari "house" (rumah).

Jelas bahwa:
1. Objek: The house
2. Pemilik dari Objek: the man
3. Sifat dari Pemilik : big
4. Sifat dari Objek: is nice

So, kita mudah sekali menentukan 4 hal itu bukan?

Lalu dalam bahasa Arab, juga mudah.
بيتُ الرجلِ الكبيرِ جميلٌ - baytu ar-rajuli al-kabiiri jamiilun (dibaca sambung: baytul rajulil kabiir jamiil)

1. Objek: بستُ baytu
2. Pemilik dari Objek: الرجلِ ar-rajuli
3. Sifat dari Pemilik : الكبير al-kabiiri
4. Sifat dari Objek: جميلٌ - jamiilun

Dari keterangan diatas kita bisa pelajari bahwa, susunan (Objek+Pemilik Objek)rangkaian ini menjadi kata majemuk (mudhof), dimana bisa diterjemahkan sebagai Objek "OF" Pemilik Objek.

Dalam contoh diatas:
بيتُ الرجلِ - baytul rajuli -- house of the man -- rumah milik laki-laki itu

Adanya tambahan al-kabiiri الكبير - disini menjadi sifat dari the man Al-Rajul. Tahunya dari mana? Entar dulu, kok bisa tahu sih? Jawabnya: Karena sama-sama ada AL (lihat AL-Rajuli & AL-Kabiiri) alias sama-sama definitif/ma'rifah, dan sama-sama ber-i'rob (harokat akhir) kasroh [yaitu rajulI dan kabiirI). Sehingga menjadi:

الرجلِ الكبيرِ - al-rajuli al-kabiiri (laki-laki yang besar itu)

Karena 2 faktor itu (sama i'rob, dan sama ma'rifah) --> dipastikan kabiir itu sifat dari rajul.

Akan tetapi kalau i'rob beda:

الرجلِ الكبيرُ - Al-Rajuli Al-Kabiiru --> karena i'rob kabiir adalah dhommah (kabiiru), berbeda dengan rajul yang kasroh (rajuli) --> maka kabiir disini bukan sifat dari rajul lagi. Jika ini kasusnya maka kabiir menjadi sifat dari baitu (rumah).

Sehingga kalau ditulis:
بيتُ الرجلِ الكبيرُ - baytu al-rajuli al-kabiiru
The house of the man is big. Rumah milik laki-laki itu besar.

Disini kabiir berfungsi sebagai sifat dari rumah, bukan laki-laki lagi.

Terlihat bahwa pengetahuan mengenai i'rob menjadi penting dalam menentukan fungsi dan kedudukan suatu kata. Kita sudah lihat dengan merubah i'rob kabiir, dari kabiiri menjadi kabiiru, maka dia berubah fungsi, yang awalnya sebagai sifat dari Pemilik Objek (the man), menjadi sifat objeknya (the house). Itulah inti pelajaran nahwu. Makanya isinya pelajaran nahwu, itu adalah mengetahui i'rob. Karena beda i'rob, maka beda arti.

Saya pernah dikasih kuiz oleh teman saya namanya Habib Fahmi. Coba menurut antum kata-kata dalam surat 6 ayat 123, yaitu أكابر مجرميها - akaabira mujrimiiha:
a. Penjahat-penjahat yang terbesar
b. Pembesar-pembesar Penjahat

Saya jawab: b. Alasan saya, karena kata akaabira mujrimiiha itu adalah kata majemuk, dimana:

mudhof (Objek): akaabira = pembesar-pembesar
mudhof ilaih (Pemilik Objek): mujrimiiha = (pen)jahat

Saya bilang ke teman saya, fokus nya adalah Objeknya dong: yaitu pembesar-pembesar.

Lalu teman saya itu mengatakan: Antum kayaknya salah. Coba check Quran terjemahan. Disitu diterjemahkan: Penjahat-penjahat terbesar. Saya check di Al-Quran digital di komputer saya, eh bener begitu diterjemahin, sbb:

6:123. Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.

Hhmm saya sungguh penasaran. Lalu setelah memeriksa beberapa kitab tafsir (seperti Ibnu Katsir, dll), memang jelas bahwa yang dimaksud atau dituju oleh ayat itu adalah pembesar-pembesar (penguasa negeri atau raja-raja -red). Artinya terjemahan bebasnya: Pembesar-Pembesar Penjahat.

Kalau dipakai kaidah "OF/milik dari", maka bisa jadi artinya, pembesar2x milik penjahat, raja-raja milik penjahat. Ini bisa bermakna 2 hal(maaf ini ta'wil saya saja, tidak ada landasan ilmiahnya), 1) raja-raja milik penjahat, artinya raja suatu negeri yang sudah dikuasai oleh penjahat, atau raja suatu negri yang sudah bersekongkol dengan penjahat, atau 2) kelompok penjahat yang memiliki ketua. Jika arti kedua ini yang dipakai, maka sesungguhnya, terjemahan dari versi Quran yang banyak beredar tidak masalah. Karena antara penguasa suatu negri, tidak ada kaitan dengan ketua penjahat.

Masalahnya, kalau artinya yang pertama? Jika arti yang pertama, maka bisa berabe juga. Karena dengan pengertian ini terkandung makna, pembesar-pembesar (raja suatu negri), punya potensi berbuat yang tidak baik, sehingga menjadi penjahat. Sehingga dia dinobatkan sebagai raja (negeri itu) plus sekalian raja penjahat. Dalam kasus ini, raja itu sekaligus penjahat (beda dengan yang tadi, antara raja dan penjahat, dua orang yang berbeda).

Dengan model terjamah letterleijk (pakai kaidah Mudhof+Mudhof Ilaih), ayat itu menjadi sbb:

6:123. Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri Pembesar-pembesar (raja2x) Penjahat, agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.

Allahu a'lam. Saya tidak ingin menta'wil terlalu jauh. Lagi pula, kita hanya membahas masalah kaidah penerjemahan mudhof, kan... Yang ingin saya sampaikan, pengetahuan mengenai mudhof ini membantu "menajamkan" terjemahan yang pas. Lihat bahwa dalam kasus 6:123 diatas, dengan menggunakan kaidah mudhof ini, lebih mendekati kepada apa yang tertulis dalam kitab-kitab tafsir tentang ayat ini. Allahu a'lam (bisa jadi saya salah).

Oke, sampai disini dulu ya... Insya Allah kita akan lanjutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar